Jumat, 26 Februari 2010

Audit_SDM

Definisi Audit Sumber Daya manusia (SDM)

Audit merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens, 1997, p. 1).
Sedang, audit SDM adalah pemeriksaan kualitas kegiatan Sumber Daya Manusia secara menyeluruh dalam suatu departemen, divisi atau perusahaan, dalam arti mengevaluasi kegiatan-kegiatan SDM dalam suatu perusahaan dengan menitikberatkan pada peningkatan atau perbaikan (Rivai, 2004, p. 548).
Menurut Gomez-Mejia (200 1 :28), audit sumber daya manusia merupakan tinjauan berkala yang dilakukan oleh departemen sumber daya manusia untuk mengukur efektifitas penggunaan sumber daya manusia yang terdapat di dalam suatu perusahaan.
Selain itu, audit memberikan suatu perspektif yang komprehensif terhadap praktik yang berlaku sekarang, sumber daya, dan kebijakan manajemen mengenai pengelolaan SDM serta menemukan peluang dan strategi untuk mengarahkan ulang peluang dan strategi tersebut. Intinya, melalui audit dapat menemukan permasalahan dan memastikan kepatuhan terhadap berbagai peraturan perundangan-undangan dan rencana-rencana strategis perusahaan.

Audit SDM merupakan suatu metode evaluasi untuk menjamin bahwa potensi SDM dikembangkan secara optimal (Rosari, 12 Mei 2008). Secara lebih terinci, audit SDM juga memberi feedback dan kesempatan untuk:
1. Mengevaluasi keefektifan berbagai fungsi SDM, yang meliputi: rekrutmen dan seleksi, pelatihan, dan penilaian kinerja.
2. Menganalisis kontribusi fungsi SDM pada operasi bisnis perusahaan
3. Melakukan benchmarking kegiatan SDM untuk mendorong perbaikan secara berkelanjutan
4. Mengidentifikasi berbagai masalah strategi dan administratif implementasi fungsi SDM
5. Menganalisis kepuasan para pengguna pelayanan departemen SDM
6. Mengevaluasi ketaatan terhadap berbagai peraturan perundang-undangan, kebijakan dan regulasi pemerintah
7. Meningkatkan keterlibatan fungsi lini dalam implementasi fungsi SDM
8. Mengukur dan menganalisis biaya dan manfaat setiap program dan kegiatan SDM
9. Memperbaiki kualitas staf SDM
10. Memfokuskan staf SDM pada berbagai isu penting dan mempromosikan perubahan serta kreatifitas.

Manfaat Audit SDM
Menurut Rivai (2004, p. 567), audit SDM mengevaluasi aktifitas SDM yang digunakan dalam suatu perusahaan dan merupakan pengendalian kualitas keseluruhan yang mengevaluasi aktifitas SDM dalam suatu perusahaan. Manfaat dari audit SDM ini antara lain yaitu:
1. Mengidentifikasi kontribusi-kontribusi departemen SDM terhadap perusahaan
2. Meningkatkan citra profesional departemen SDM
3. Mendorong tanggungjawab dan profesionalisme yang lebih besar diantara karyawan departemen SDM
4. Memperjelas tugas-tugas dan tanggungjawab departemen SDM
5. Menstimulasi keragaman kebijakan dan praktik-praktik SDM
6. Menemukan masalah-masalah SDM yang kritis
7. Menyelesaikan keluhan-keluhan dengan berpedoman pada aturan yang berlaku
8. Mengurangi biaya-biaya SDM melalui prosedur yang efektif
9. Meningkatkan kesediaan untuk mau menerima perubahan yang diperlukan didalam departemen SDM.

Tujuan Audit SDM
Menurut Rivai (2004, p. 567), audit SDM bertujuan untuk:
1. Menilai efektifitas SDM
2. Mengenali aspek-aspek yang masih dapat diperbaiki
3. Mempelajari aspek-aspek tersebut secara mendalam, dan
4. Menunjukkan kemungkinan perbaikan, serta membuat rekomendasi untuk pelaksanaan perbaikan tersebut.

Ruang Lingkup Audit SDM
Dalam pelaksanaan audit SDM untuk mendukung jalannya kegiatan-kegiatan SDM perlu dilakukan pembatasan terhadap aspek yang akan di audit. Secara garis besar, prospek audit SDM dilakukan terhadap fungsi SDM yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan SDM yang dimulai dari perencanaan SDM, perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan evaluasi kinerja SDM (Handoko, 1997, p.226).
Labels: Manajemen Sumber Daya Manusia

Nama : Ika Kurnia Oktaviani
Kelas : 3EB05
NPM : 20207551
MatKul : Pemeriksaan Akuntansi 2
Dosen : Renny nur'ainy

Kamis, 11 Februari 2010

aUdit LingKungan

Bahasa Pohon Selamatkan Bumi



“The best friend on earth of man is the tree. When we use the tree respectfully and economically, we have one of the greatest resources of the earth”. (Arsitek Frank Lloyd Wright)

Old earth from scienceblogs.com


Banyak cara dapat kita lakukan untuk menyelamatkan Bumi yang kian rapuh. Salah satunya dengan menanam pohon, sang primadona efek pemanasan Bumi, penyelamat lingkungan.

Pohon adalah salah satu keajaiban alam terhebat. Semua ajaran agama dengan tegas menempatkan pohon menjadi simbol dan sumber kehidupan manusia. Relief-relief di Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan candi-candi lain melukiskan pohon dalam kehidupan kita. Sakral dan romantis. Cinta dan kedamaian terukir dengan menanam pohon dan segala aktivitas kehidupan di bawah pohon. Kebencian dan anarki dilukiskan dengan menebang pohon.

Pohon adalah pembentuk ruang paling dasar (akar dan tanah = lantai, batang = tiang, ranting dan daun = atap) yang menciptakan keteduhan agar manusia dapat melakukan aktivitas di bawahnya. Sang Buddha Gautama merenung hening di bawah pohon Bodi (Ficus religiosa). Para murid yang sekolahnya ambruk tetap dapat belajar di bawah kerindangan pohon.

Bumi dan perempuan adalah satu. Kata bumi sendiri berkonotasi perempuan. Bumi tempat pohon berpijak menghujamkan akarnya. Bumi, pohon, dan perempuan menginspirasi Sutradara Garin Nugroho untuk membuat film terbarunya berjudul Under The Tree. Bagi Garin, pohon mempunyai banyak makna yang menjadi bagian tak terlupakan dalam kehidupan semua orang di Bumi. Pohon dan perempuan juga telah mendorong Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Sepuluh Juta Pohon (1/12/2007) untuk menyelamatkan Bumi.

Pohon Beringin

Pohon Beringin

Pohon Beringin (Ficus benjamina) dipilih sebagai lambang Persatuan Indonesia, sila ketiga Pancasila. Pohon kalpataru (Barringtonia asiatica), pohon kehidupan, dijadikan simbol penghargaan bagi pahlawan pelestarian lingkungan hidup. Meski bukan partai hijau, sebuah partai politik besar justru memakai lambang pohon beringin untuk mencitrakan partai yang memberi keteduhan kepada rakyat.

Pusat-pusat kota di Jawa ditandai dengan dua pohon beringin kurung di alun-alun sebagai titik nol kota. Pohon kamboja (Plumeria alba) banyak ditanam di pura-pura suci di Bali atau di tanah pemakaman di Jawa.

Sebutan kota-kota kita juga ada yang berasal dari ciri khas pohon-pohonnya, seperti Semarang (pohon asam yang ditanam jarang-jarang), Bogor yang identik dengan pohon kenari. Begitu pula sejumlah kawasan di Jakarta, dulu Sunda Kelapa (Cocos nucifera), kawasan Menteng (Baccaurea recemosa), Cempaka Putih (Michelia alba), Karet (Ficus elastica), Kemang (Mangifera caecea), Kelapa Gading (Cocos capitata), Kapuk (Ceiba petandra), Kosambi (Schleichera oleosa), atau Kebayoran (Bayur = Pterospermum javanicum).

Tetapi pohon-pohon kini merana karena tumbang ditiup angin atau ditebangi tanpa terkendali. Padahal, pohon wajib dilindungi dan dilestarikan apa pun alasannya. Menebang pohon sama saja mempercepat ajal kita.

Global Warming

Global Warming effect

Pada era pemanasan Bumi dan berbagai bencana alam (banjir, tanah longsor, pencemaran udara, krisis air) terjadi, gerakan penanaman pohon besar yang lebih banyak lagi merupakan hal mutlak. Pohon berjasa menahan air dalam tanah, mencegah erosi dan longsor, menjadi habitat bagi beragam makhluk hidup, memproduksi oksigen, menyerap karbondioksida–gas rumah kaca penyebab pemanasan global–menyaring gas polutan, meredam kebisingan, angin dan sinar matahari, dan menurunkan suhu kota.

Menanam pohon sebenarnya berbicara tentang kearifan konsumsi-investasi, menjamin kelangsungan lingkungan hidup warga dan kota. Selalu ada alternatif penyelesaian cerdas dalam membangun kota tanpa harus menebangi pohon jika kita mau berpikir panjang. Seluruh warga hendaknya berpartisipasi menggerakkan lompatan besar menghijaukan kota melawan proses penggurunan kota (hutan beton).

United Nations Environment Programme (UNEP, 2007) berkampanye “Plant for the Planet: Billion Tree Campaign”, sebagai salah satu upaya memulihkan kondisi Bumi dari pemanasan global melalui gerakan menanam pohon (http://www.unep.org/billiontreecampaign). Di kita, gerakan penghijauan masih sekadar seremonial belaka. Terbengkalai, tidak dipelihara, dan mati.

Plant for future

Tanam untuk masa depan

Menanam pohon ada aturannya, tidak asal tanam. Penanaman pohon mensyaratkan kecocokan jenis pohon (pantai, dataran rendah, pegunungan), fungsi (ekologis, ekonomis, estetis), ketepatan cara (standar keamanan dan keselamatan), waktu penanaman, penyediaan, pemilihan, dan pendistribusian (dalam jumlah besar), serta pemeliharaan pascatanam. Penanaman harus memerhatikan segi estetika arsitektural, lanskap visual kota, peran maksimal terhadap lingkungan, aman terhadap konstruksi, batang tak mudah patah, dan berumur panjang (ratusan tahun).

Jenis pohon tertentu terpilih sebagai pohon penyelamatan (escape trees) yang ditanam di sepanjang jalur evakuasi bencana (escape route) menuju taman atau bangunan penyelamatan (escape building) lainnya. Penanaman pohon besar di sepanjang jalur hijau jalan, jalur pedestrian, bantaran rel kereta api, jalur tegangan tinggi, serta jalur tepian air bantaran kali, situ, waduk, tepi pantai, dan rawa-rawa akan membentuk infrastruktur hijau raksasa yang berfungsi ekologis. Kota pohon memberi keteduhan pada pejalan kaki dan penunggang sepeda.

Berbagai penelitian membuktikan, 1 hektar ruang terbuka hijau (RTH) yang dipenuhi pohon besar menghasilkan 0,6 ton O2 untuk 1.500 penduduk/hari, menyerap 2,5 ton CO2/tahun (6 kg CO2/batang per tahun, menyimpan 900 m3 air tanah/tahun, mentransfer air 4.000 liter/hari, menurunkan suhu 5°C-8°C, meredam kebisingan 25-80 persen, dan mengurangi kekuatan angin 75-80 persen. Setiap mobil mengeluarkan gas emisi yang dapat diserap oleh 4 pohon dewasa (tinggi 10 m ke atas, diameter batang lebih dari 10 cm, tajuk lebar, berdaun lebat).

Pemerintah perlu menyurvei ulang, mendeteksi tingkat kesehatan dan keamanan, serta mengambil tindakan perawatan, pemeliharaan, dan asuransi pohon. Unit reaksi cepat perlu tanggap memberi pertolongan darurat, memangkas pohon sakit atau rawan tumbang, menyingkirkan pohon tumbang, mengangkut, dan mengolah sampah pohon, serta didukung standar kinerja, kompetensi pekerjaan, sertifikasi tenaga pengawas, dan pelaksana pemeliharaan pohon. Ini agar warga kota tidak paranoid, takut pohon tumbang saat musim hujan tiba atau ada angin puting beliung.

Melindungi pohon

Melindungi pohon

Pemerintah bersama masyarakat dapat memelihara dan melindungi pohon. Kita dapat mengadopsi dan menjadi orang tua angkat pohon-pohon besar di depan rumah.

Ada beberapa pohon yang layak tanam untuk kota besar seperti Jakarta, yaitu pohon trembesi/Ki Hujan (Samanea saman), asam (Tamarindus indica), mahoni (Swietenia mahogani), tanjung (Mimusops elengi), atau bintaro (Cerbera manghas). Selain itu, pohon buah-buahan yang menarik bagi burung dan tupai dapat pula ditanam di lingkungan rumah kita, seperti pohon mangga (Mangifera indica), sawo kecik (Manilkara kauki), rambutan (Nephelium lappaceum), nangka (Artocarpus integra). Kawasan pantai dapat ditanami waru laut (Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia), nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang (Terminilia cattapa).

Kita tidak akan pernah dapat menghargai pohon selama kita tak pernah mendengarkan bahasa pohon. Seperti pepatah bijak dari China 500 SM, “jika engkau berpikir untuk satu tahun ke depan, semailah sebiji benih, jika engkau berpikir untuk sepuluh tahun ke depan, tanamlah sebatang pohon”. Ingat pula, kata Al Gore, “Plant trees, Lots of trees,” (An Inconvenient Truth, Al Gore, 2007).

Sumber : Nirwono Joga

http://www.nicky.co.id/20091106178/artikel-lingkungan-hidup/bahasa_pohon_selamatkan_bumi

Kesimpulan :

Ternyata pohon itu sama perempuan sama, dimana titik kesamaannya?

Pohon sangat diperlukan untuk sbb :

Pohon-pohon pengikat tanah dan penyimpan air tanah ditanam di lahan kritis yang rawan longsor dan erosi. Pohon bakau memagari kawasan tepian pantai hingga menyusup ke jantung kota melalui bantaran kali untuk mencegah intrusi air laut, menahan abrasi pantai, menahan air pasang, angin dan gelombang besar dari lautan lepas, mencegah pendangkalan dan penyempitan badan air, menyerap limpahan air dari daratan (saat banjir), menetralisasi pencemaran air laut, dan melestarikan habitat tiga ekosistem hutan bakau yang kaya keanekaragaman hayati.

nama : Ika Kurnia Oktaviani

Kelas : 3EB05

NPM ; 20207551

Matkul : Pemeriksa Akuntansi 2

Dosen : Renny Nur'ainy