PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA
DALAM AKUNTANSI INTERNASIONAL
Menjelaskan tentang pengertian inflasi, jenis-jenis inflasi, penyesuaian karena adanya inflasi , perlakuan perubahan harga di negara Amerika serikat, Inggris, Brazil dan dampak perubahan harga / inflasi terhadap laporan keuangan.
10.1 DEFINISI PERUBAHAN HARGA
Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga (changing prices), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut sebagai inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut sebagai deflasi (deflation).
Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran. Kehancuran sosial dan politik yang ditimbulkan oleh rangkaian periode hiperinflasi (ketika laju inflasi meningkat lebih dari 50 % tiap bulannya) terdokumentasi dengan baik dan hal ini menjelaskan mengapa tingkat harga yang stabil menjadi prioritas nasional bagi banyak negara di dunia, kalangan usaha juga merasakan pengaruh inflasi pada saat harga factor produksi meningkat. Meskipun perubahan harga terjadi diseluruh dunia, pengaruh terhadap pelaporan bisnis dan keuangan berbeda-beda dari satu negara ke negara lain.
LAPORAN KEUANGAN DAPAT MEMILIKI POTENSI UNTUK MENYESATKAN SELAMA PERIODE PERUBAHAN HARGA
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
Kenaikan dalam proporsi pajak
Permintaan dividen lebih banyak dari pemegang saham
Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja
Tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah (yaitu daya beli periode kini), yang kemudian diterapkan terhadap beban terkait. Prosedur akuntansi yang konvesional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya) selama periode inflasi.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguna dilakukan karena :
1. Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
2. Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
3. Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.
Meskipun laju inflasi melambat, akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif inflasi yang rendah dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu dapat juga bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan aktiva.
10.2 JENIS PENYESUAIAN INFLASI
Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbeda terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingakat harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.
A. PENYESUAIAN TINGKAT HARGA UMUM
Jumlah mata uang yang disesuiakan terhadap perubahan tingkat harga umum (daya beli) disebut sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan didalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya dialokasikan terhadap laba periode kini (dalam bentuk beban depresiasi), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminakan daya beli (yang lebih tinggi)dari peride terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh karena itu, jumlah nominal harus disesuiakan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan dengan transaksi kini.
Indeks Harga
Perubahan tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga dalam bentuk ∑p1q1 /∑p0q0 dimana p = harga suatu barang tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Suatu indeks harga adalah rasio biaya. Contoh, jika sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang menghabiskan uang $20.000 untuk membeli sebuah keranjang barang dan jasa yang representative pada akhir tahun 1 (tahun dasar = awal tahun 2) dan $22.000 untuk membeli keranjang yang sama setahun kemudian (awal tahun 3), indeks harga akhir tahun pada tahun 2 adalah $22.000/$20.000 atau 1,100. Angka ini menunjukan adanya laju inflasi sebesar 10% selama tahun 2. Demikian pula halnya, apabila keranjang dalam contoh diatas $23.500 bagi suatu keluarga yang terdiri dari 4 orang pada 2 tahun kemudian (akhir tahun 3), maka indeks tingkat harga umum akan menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menujukan laju inflasi sebesar 17,5% semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah $20.000/$20.000 atau 1.
Penggunaan Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan untuk mentranslasikan jumlah yang dibayarkan selama periode terdahulu menjadi ekuivalen daya beli pada akhir periode. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
GPLc / GPLtd x Jumlah nominaltd = PPEc
Dimana :
GPL = indeks harga umum
c = periode kini
td = tanggal transaksi
PPE = ekuivalen daya beli umum
Sebagai contoh, misalkan uang yang dikeluarkan pada akhir tahun dasar adalah $500 dan setahun kemudian sebesar $700. Untuk menyajikan ulang pengeluaran menjadi ekuivalen daya beli tahun 3, dengan menggunakan angka-angka indeks harga dari contoh sebelumnya, maka yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Akhir dari Pengeluaran Nominal Faktor Penyesuaian Ekuivalen Daya Beli
Tahun 3
Tahun 1 $500 1,175/1,000 $587,50
Tahun 2 $700 1,175/1,100 $747,73
Dengan demikian dibutuhkan uang sebesar $587,50 pada akhir tahun 2 untuk membeli apa-apa yang dapat terbeli dengan uang sebesar $500 pada akhir tahun 1. Demikian juga akan dibutuhkan uang sebesar $747,73 pada akhir tahun 3 untuk membeli apa-apa yang dapat terbeli dengan uang sebesar $700 setahun sebelumnya. Dengan kata lain, selama periode inflasi, pengeluaran nominal sebesar $500 pada akhir tahun 1 dan sebesar $700 setahun kemudian, tidak dapat dibandingkan kecuali angka-angka tersebut dinyatakan dalam denominasi umum.
Angka-angka yang telah disesuiakan tidak mewakili biaya kini pos-pos yang dimaksud atau angka-angka tersebut masih merupakan biaya histories. Angka-angka biaya histories hanya disajikan ulang dalam unit pengukuran yang baru-daya beli umum pada akhir periode.Apabila transaksi terjadi secara merata dalam suatu periode, penyesuaian tingkat harga dapat dilakukan. Pada saat menyatakan pendapatan dalam ekuivalen daya beli akhir periode, bukan dengan menyesuaikan pendapatan setiap hari terhadap tingkat harga , tetapi dapat digunakan cara dengan mengalihkan seluruh pendapatan dalam satu tahun dengan rasio indeks akhir tahun terhadap indeks rata-rata tingkat harga umum selama tahun tersebut. Yaitu:
GPLc / GPLavg x Pendapatan Total = PPEc
Objek Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Secara Tradisional, laba (yaitu kekayaan yang dapat digunakan) merupakan bagian dari kekayaan perusahaan (yaitu aktiva bersih) yang dapat ditarik oleh perusahaan selama suatu periode akuntansi tanpa mengurangi kekayaannya hingga berada dibawah posisi awal. Asumsikan tidak adanya tambahan investasi atau penarikan investasi oleh pemilik dalam suatu periode, jika aktiva bersih awal perusahaan sebesar £30.000 dan aktiva bersih meningkat menjadi £45.000 yang disebabkan oleh operasi yang menguntungkan, laba akan menjadi £15.000. Jika perusahaan tersebut membayarkan deviden sebesar £15.000, Kekayaan pada akhir periode akan sama dengan kekayaan pada awal periode.
Akuntansi konvesional mengukur laba sebagai jumlah maksimum yang dapat ditarik dari perusahaan tanpa mengurangi jumlah uang yang menjadi modal awalnya.
Misalkan tingkat harga umum meningkat sebesar 21% selama satu tahun. Untuk mengimbangi inflasi, suati perusahan memulai tahun dengan uang $100 akan menginginkan nilai investasinya naik paling tidak $ 121 karena jumlah ini yang diperlukan pada akhir tahun untuk memebeli apa-apa yang dapat terbeli dengan uang $100 pada awal periode. Misalkan dengan menggunakan Akuntansi konvesional, perusahaan memperoleh penghasilan sebesar $50 (setelah pajak).Menarik dana sebesar $50 akan mengurangi kekayaan nominal akhir periode perusahaan pada jumlah sebesar $100 lebih sedikit daripada yang diperlukan agar tetap sama dengan inflasi ($121). Model daya beli konstan biaya historis menganggap perbedaan ini dengan mengukur laba sehingga perusahaan dapat membayarkan seluruh labanya sebagai deviden, sementara memiliki daya beli pada akhir periode yang sama besarnya dengan awal periode.
Misalkan perusahaan dagang Argentina memulai tahun kalender dengan uang tunai (kas) sebesar AP100.000 (tanpa utang), kemudian ditukarkan dengan persediaan yang dapat dijual 10.000 CD bintang musik rock Argentina dengan biaya per unit sebesar 10 peso. Perusahaan menjual seluruh persediaannya dengan mark up sebesar 50%. Asumsikan tidak terdapat inflasi, maka laba perusahaan akan menjadi AP50.000, perbedaan antara aktiva bersih akhir dan awal (AP150.000-AP100.000) atau pendapatan dikurangi beban. Penarikan dana sebesar AP50.000 yang menyebabkan perusahaan tinggal memiliki dana sebesar AP100.000 yang sama dengan jumlah kas pada awal periode.
Dalam perhitungan diatas, penjualan terjadi sama merata sepanjang tahun, sehingga disesuaikan dengan rasio indeks harga rata-rata. Persediaan yagn dijual selama tahun tersebut dibeli pada awal tahun, harga pokok penjualan disesuiakan dengan rasio indeks akhir tahun terhadap indeks awal tahun.
Darimana datangnya kerugian moneter ? Selama inflasi perusahaan akan mengalami perubahan kekayaan yang tidak berkaitan dengan kegiatan opersinya. Perubahan muncul dari aktiva atau kewajiban moneter, kewajiban untuk membayarkan mata uang dengan jumlah yang tetap dimasa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutang usaha yang umumnya akan kehilangan daya beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan utang yang umumnya akan menimbulkan keuntungan daya beli selama periode inflasi.
Pernyataan di Meksiko mengenai akuntansi inflasi B-10 konsisten dengan model daya beli konstan harga historis.
B. PENYESUAIAN BIAYA KINI
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvesional dalam dua aspek utama.
1. Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis.
2. Laba adalah jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode(tampa pertimbangan komponen pajak),namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik perusahaan.
o Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuikan posisi aktiva bersih awal perusahaan untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktifa selama periode berjalan..
10.3 METODE MANA YANG TERBAIK
Para pendukung model daya beli biaya historis konstan berpendapat bahwa model biaya kini melanggar kerangka dasar pengukuran biaya historis karena tidak berdasarkan biaya akuisisi pada awalnya, model tersebut juga didasarkan pada biaya perkiraan hipotetis dan oleh karenanya terlalu subjektif dan sukar dilaksanakan dalam praktik. Mengabaikan perubahan daya beli umum atas uang menyebabkan perbandingan antar periode sukar diinterpretasikan dan juga tidak mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari kepemilikan pos-pos moneter seperti utang. Pada model penyesuaian biaya kini, usaha tidak dipengaruhi oleh inflasi umu, tetapi lebih dipengaruhi oleh kenaikan biaya operasi khusus dan pengeluaran aktiva tetap.
Model daya beli biaya kini konstan menggabungkan karakteristik model daya beli biaya historis konstan dan model biaya kini. Kerangka dasar campuran ini mengakui kenaikan dalam nilai kini aktiva sebagai keuntungan kekayaan, dan dengan demikian memungkinkan dilakukannya perbandingan antara laba kini dan laba pada periode sebelumnya. Perusahaan dianggap akan lebih baik hanya jika aktiva meningkat lebih besar daripada laju inflasi. Keuntungan atau kerugian moneter, yang umumnya diabaikan dalam model biaya kini, merupakan bagian dari pengukuran.
10.4 SUDUT PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI
Beberapa negara telah mencoba metode akuntansi inflasi yang berbeda-beda. Praktik aktual juga mencerminkan pertimbangan pragmatis seperti parahnya laju inflasi nasional dan pandangan pihak-pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi inflasi.
Amerika Serikat
Pada tahun 1970, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting Standards-SFAS) No. 33 Berjudul ”Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap (sebelum dikurangi dengan depresiasi) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari $1 miliar (setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi), untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan daya beli konstan biaya kini. Pengungkapan ini lebih bersifat melengkapi dan bukan menggantikan biaya historis sebagai kerangka dasar pengukuran dasar untuk laporan keuangan utama.
Semenjak itu FASB telah memutuskan untuk mendorong, tetapi tidak lagi mengharuskan, entitas pelaporan AS untuk mengungkapkan informasi daya beli konstan biaya historis atau daya beli konstan biaya kini.
FASB menerbitkan panduan (SFAS 89) untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik awal untuk standar akuntansi inflasi di masa depan..
Panduan pengungkapan SFAS 89 juga mencakup operasi luar negeri yang dimasukkan dalam laporan konsolidasi induk perusahan dari AS. Perusahaan yang mengadopsi dolar sebagai mata uang fungsional untuk mengukur operasi luar negerinya memandang operasi-operasi tersebut dari sudut pandang mata uang induk perusahaan. Akibatnya, akun-akun operasi harus ditranslasikan ke dalam dolar, kemudian disesuaikan terhadap inflasi AS (metode translasi-sajikan ulang). Perusahaan multi nasional yang mengadopsi mata uang lokal sebagai mata uang fungsional untuk kebanyakan operasi luar negerinya menggunakan sudut pandang mata uang perusahaan lokal. FAB memperbolehkan perusahaan tersebut untuk menggunakan metode translasi-sajikan ulang atau menyesuaikan diri terhadap inflasi atau menyesuaikan diri terhadap inflasi luar negeri dan kemudian melakukan translasi ke dalam dolar AS (metode sajikan ulang-translasi).
Tampilan berikut meringkas ketentuan ini
Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris (Accounting Standard Commitee-ASC) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standards Accounting Practice-SSAP 16), ”Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :
Standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal
Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan
Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis
2. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini
3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.
Dalam perlakuan keuntungan dan kerugian terkait dengan pos-pos moneter, FAS 33 mengahruskan pengungkapan terpisah untuk tiap-tiap angka. SSAP 16 mengharuskan dua angka, yang keduanya mencerminkan pengaruh perubahan harga spesifik, yaitu :
1. Penyesuaian modal kerja moneter (Monetary Working Capital Adjustment-MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam operasainya.
2. Mekanisme penyesuaian, memungkinkan pengaruh perubahan harga spesifik terhadap aktiva non moneter perusahaan (seperti depresiasi, harga pokok penjualan, dan modal kerja moneter). Mekanisme penyesuaian mengakui bahwa laporan laba rugi tidak memerlukan biaya penggantian tambahan aktiva operasi sejauh aktiva tersebut didanai melalui utang
Brasil
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil mencerminkan dua kelompok pilihan pelaporan, yaitu Hukum Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi keuangan yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal, yang merupakan hasil dari penilaian kembali aktiva tetap terhadap biaya penggantian kini dikurangi dengan provisi depresiasi teknik dan fisik.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter. Penyesuaian aktiva permanen yang lebih kecil daripada penyesuaian ekuitas menyebabakan kerugian daya beli yang mencerminkan resiko yang dihadapi perusahaan terhadap aktiva moneter bersihnya (yaitu modal kerjanya). Sebaliknya, jika penyesuaian aktiva permanen yang lebih besar daripada penyesuaian ekuitas menimbulkan keuntungan daya beli, yang menunjukkan bahwa beberapa dari aktiva yang da telah didanai melalui peminjaman.
Komisi Pasar Modal Brasil mewajibkan metode akuntansi yang lain untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di depan publik. Perusahaan-perusahaan yang tercatat sahamnya harus mengukur ulang seluruh transaksi yang terjadi dalam suatu periode dengan menggunakan mata uang fungsionalnya. Pada akhir periode, indeks tingkat harga umum yang berlaku mengubah unit daya beli umum menjadi unit mata uang lokal nominal.
10.5 BADAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
IASB telah menyimpulkan bahwa laporan hasil posisi keuangan dan kinerja operasi dalam mata uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami hiperinflasi. IAS 29, ”Pelaporan Keuangan dalam Perekonomian Hiperinflasi” mewajibkan (dan bukan hanya merekomendasikan) penyajian ulang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini,harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Aturan ini juga berlaku untuk angka-angka terkait pada periode sebelumnya. Keuntungan atau kerugian daya beli yang terkait dengan posisi kewajiban atau aktiva moneter bersih dimasukan ke dalam laba kini. Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan:
1. Fakta bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah dilakukan.
2. Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama (yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini).
3. Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca,beserta dengan perubahannya selama periode pelaporan.
4. Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
10.6 ISU-ISU MENGENAI INFLASI
Terdapat empat isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu. Keempat isu itu adalah: (1) apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi, (2) perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi, (3) akuntasi inflasi luar negeri, dan (4)menghindari fenomena kejatuhan ganda.
Keuntungan dan Kerugian Inflasi
Perlakuan keuntungan dan kerugian pos-pos moneter (yaitu kas,piutang,dan utang) tergolong kontroversial.
Keuntungan dan kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan,saldo awal dan akhir,serta transakasi dalam,seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
Di Inggris , keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus (dan bukan umum). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat (atau biaya) kepada para pemegang saham yang berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi dari) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan, yang disebut sebagai “Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada Pemegang Saham”.
Pendekatan di Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi. Namun demikian, penyesuaian dari penyajian bersih aktiva permanen dan ekuitas pemilik yang disesuaikan dengan tingkat harga menunjukkan keuntungan atau kerugian daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal dari utang atau kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi penyesuaian ekuitas menunjukan adanya bagian dari aktiva permanen yang didanai oleh utang, sehingga menimbulkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang lebih besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukan adanya sebagian modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugian daya beli diakui untuk bagian ini selama periode inflasi.
SSAP 16 memiliki keunggulan dalam mengatasi pengaruh inflasi. Sejalan dengan persediaan dan aktiva tetapnya, suatu perusahaan perlu meningkatkan modal kerja dalam nilai nominal bersih untuk mempertahankan kemampuan operasinya dengan harga yang semakin meningkat. Perusahaan juga akan mendapatkan manfaat dari penggunaan utang selama masa inflasi. Tujuan akuntansi inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur jumlah, waktu, dan kemungkinan arus kas masa depan.
Suatu perusahaan dapat mengukur penguasaannya terhadap barang dan jasa tertentu dengan menggunakan indeks untuk mengukur keuntungan dan kerugian moneter. Karena tidak seluruh perusahaan dapat menyusun indeks harga beli yang khusus untuk perusahaan itu,pendekatan di Inggris merupakan alternatif praktis yang baik. Ketimbang mengungkapkan mekanisme penyesuaian (atau sejenisnya),kami lebih suka untuk memperlakukannya sebagai pengurangan dari penyesuaian biaya kini untuk depresiasi, harga pokok penjualan dan modal kerja moneter. Pembebanan biaya kini dari penyajian ulang laba biaya historis selama masa inflasi akan terhapuskan dengan pengurangan beban jasa utang yang digunakan untuk mendanai pos-pos operasi tersebut.
Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan
Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi dua bagian: (1) laba operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi) dan (2) keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva non moneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi. Meskipun pengukuran keuntungan kepemilikan dilakukan secara langsung, perlakuan akuntansinya tidaklah demikian.
Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva operasi (yaitu proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan, baik itu direalisasi atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik, yang adalah bagian dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya (kapasitas produktifnya). Aktiva yang dimiliki untuk spekulasi, seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat dipasarkan, tidak perlu diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini, kenaikan atau penurunan ekuivalen biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus dinyatakan langsung dalam laba.
10.7 AKUNTANSI UNTUK INFLASI LUAR NEGERI
Di Amerika Serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi dengan mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk melakukan eksperimen dengan pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan pengungkapan biaya kini. FAS 89, yang mendorong (dan bukan lagi mengharuskan) perusahaan untuk memperhitungkan perubahan harga, masih meninggalkan permasalahan yang masih belum terselesaikan dalam dua tingkatan. Pertama, perusahaan mungkin terus mempertahankan nilai aktiva nonmoneter berdasarkan biaya historisnya (disajikan ulang untuk perubahan tingkat harga umum) atau menyajikan ulang berdasarkan ekuivalen biaya kini. Kedua, perusahan yang memilih untuk menyediakan data biaya kini tambahan atas operasi luar negeri memiliki dua metode pilihan dalam mentranslasikan dan menyajikan ulang akun-akun luar negeri dalam dolar AS.
Investor memerlukan laporan keuangan yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik dan bukan tingkat harga umum. Mengapa? Karena penyesuaian tingkat harga spesifik (model biaya kini yang kita gunakan) menentukan jumlah maksimum yang dpat dibayarkan oleh perusahaan sebagai dividen (kekayaan yang dapat dibagikan) tanpa mengurangi kapasitas produktifnya.
Kesimpulan ini menunjukan bahwa masalah sajikan ulang-translasikan versus masalah translasikan-sajikan ulang bukan merupakan sesuatu yang penting. Kedua metode tersebut didasarkan pada kerangka dasar penilaian yang tidak terlalu banyak direkomendasikan-biaya historis. Kedua metode tersebut tidak mengubah kerangka dasar yang ada. Terlepas dari bagaimana penyesuaian dilakukan,model biaya historis tetap saja adalah model biaya historis.
Prosedur penyesuaian tingkat harga berikut ini lebih disukai:
1. Sajikan ulang laporan keuangan seluiruh anak perusahaan,baik domestik secara spesifik maupun asing,dan laporan induk perusahaan untuk mencerminkan perubahan dalam harga spesifik (sebagai contoh biaya kini).
2. Translasikan akun-akun seluruh anak perusahaan di luar negeri ke dalam nilai ekuivalen mata uang domestik dengan menggunakan suatu nilai konstan (yaitu kurs valuta asing pada tahun dasar atau tahun sekarang).
3. Gunakanlah indeks harga spesifik yang relevan dengan apa yang dikonsumsi oleh prusahaan dalam menghitung keuntungan atau kerugian moneter. Sudut pandang induk perusahaan memerlukan indeks harga domestik; sudut pandang perusahaan lokal memerlukan indeks harga lokal.
• Menyajikan ulang baik akun-akun perusahaan luar negeri dan domestik menjadi ekuivalen harga kini akan menghasilkan informasi yang relevan dengan keputusan. Informasi ini memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin yang menyangkut dividen masa depan. Jauh lebih mudah untuk membandingkan dan mengevaluasi hasil konsolidasi seluruh perusahaan daripada yang
Perhatikan sesuai dengan dasar penyesuaian inflasi, perusahaan di atas telah mengurangi laba dengan kerugian translasi sebesar $29 dan penyesuaian inflasi harga pokok penjualan sebesar $40-dengan jumlah keseluruhan sebesar $69 atau 34% dari saldo awal persediaan sebesar $200 pada tanggal 1 Januari. Namun demikian perhatikan pula bahwa inflasi hanyalah sebesar 20%! Kejatuhan gandalah yang menyebabkan hal ini terjadi. Perhitungan dolar memasukkan perhitungan ganda antara kerugian devaluasi mata uang,yang ditimbulkan dari inflasi dan penyesuaian harga pokok penjualan terhadap inflasi,yang menjadi akar penyebab devaluasi mata uang.Penyesuaian inflasi harga pokok penjualan dengan metode sajikan ulang-translasikan saja sudah cukup. Penyesuaian ini tidak hanya mengahapuskan laju inflasi AS (sebesar 6%),tetapi juga perbedaan laju inflasi di antara negara lokal sebesar 20% dan di AS sebesar 6%- yang menimbulkan devaluasi sebesar 12%. Kami menyimpulkan bahwa jika harga pokok penjualan disesuaikan untuk menghapuskan inflasi negara lokal,maka juga perlu dilakukan penghapusan setiap kerugian translasi yang tercermin dalam laba “sebagaimana yang dilaporkan”.
DAFTAR PUSTAKA
Frederick D.S. Choi, Gary K.Meek, International Accounting, Buku 1 - Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta 2005.
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvesional dalam dua aspek utama.
1. Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis.
2. Laba adalah jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode(tampa pertimbangan komponen pajak),namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik perusahaan.
o Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuikan posisi aktiva bersih awal perusahaan untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktifa selama periode berjalan..
10.3 METODE MANA YANG TERBAIK
Para pendukung model daya beli biaya historis konstan berpendapat bahwa model biaya kini melanggar kerangka dasar pengukuran biaya historis karena tidak berdasarkan biaya akuisisi pada awalnya, model tersebut juga didasarkan pada biaya perkiraan hipotetis dan oleh karenanya terlalu subjektif dan sukar dilaksanakan dalam praktik. Mengabaikan perubahan daya beli umum atas uang menyebabkan perbandingan antar periode sukar diinterpretasikan dan juga tidak mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari kepemilikan pos-pos moneter seperti utang. Pada model penyesuaian biaya kini, usaha tidak dipengaruhi oleh inflasi umu, tetapi lebih dipengaruhi oleh kenaikan biaya operasi khusus dan pengeluaran aktiva tetap.
Model daya beli biaya kini konstan menggabungkan karakteristik model daya beli biaya historis konstan dan model biaya kini. Kerangka dasar campuran ini mengakui kenaikan dalam nilai kini aktiva sebagai keuntungan kekayaan, dan dengan demikian memungkinkan dilakukannya perbandingan antara laba kini dan laba pada periode sebelumnya. Perusahaan dianggap akan lebih baik hanya jika aktiva meningkat lebih besar daripada laju inflasi. Keuntungan atau kerugian moneter, yang umumnya diabaikan dalam model biaya kini, merupakan bagian dari pengukuran.
10.4 SUDUT PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI
Beberapa negara telah mencoba metode akuntansi inflasi yang berbeda-beda. Praktik aktual juga mencerminkan pertimbangan pragmatis seperti parahnya laju inflasi nasional dan pandangan pihak-pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi inflasi.
Amerika Serikat
Pada tahun 1970, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting Standards-SFAS) No. 33 Berjudul ”Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap (sebelum dikurangi dengan depresiasi) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari $1 miliar (setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi), untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan daya beli konstan biaya kini. Pengungkapan ini lebih bersifat melengkapi dan bukan menggantikan biaya historis sebagai kerangka dasar pengukuran dasar untuk laporan keuangan utama.
Semenjak itu FASB telah memutuskan untuk mendorong, tetapi tidak lagi mengharuskan, entitas pelaporan AS untuk mengungkapkan informasi daya beli konstan biaya historis atau daya beli konstan biaya kini.
FASB menerbitkan panduan (SFAS 89) untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik awal untuk standar akuntansi inflasi di masa depan..
Panduan pengungkapan SFAS 89 juga mencakup operasi luar negeri yang dimasukkan dalam laporan konsolidasi induk perusahan dari AS. Perusahaan yang mengadopsi dolar sebagai mata uang fungsional untuk mengukur operasi luar negerinya memandang operasi-operasi tersebut dari sudut pandang mata uang induk perusahaan. Akibatnya, akun-akun operasi harus ditranslasikan ke dalam dolar, kemudian disesuaikan terhadap inflasi AS (metode translasi-sajikan ulang). Perusahaan multi nasional yang mengadopsi mata uang lokal sebagai mata uang fungsional untuk kebanyakan operasi luar negerinya menggunakan sudut pandang mata uang perusahaan lokal. FAB memperbolehkan perusahaan tersebut untuk menggunakan metode translasi-sajikan ulang atau menyesuaikan diri terhadap inflasi atau menyesuaikan diri terhadap inflasi luar negeri dan kemudian melakukan translasi ke dalam dolar AS (metode sajikan ulang-translasi).
Tampilan berikut meringkas ketentuan ini
Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris (Accounting Standard Commitee-ASC) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standards Accounting Practice-SSAP 16), ”Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :
Standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal
Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan
Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis
2. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini
3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.
Dalam perlakuan keuntungan dan kerugian terkait dengan pos-pos moneter, FAS 33 mengahruskan pengungkapan terpisah untuk tiap-tiap angka. SSAP 16 mengharuskan dua angka, yang keduanya mencerminkan pengaruh perubahan harga spesifik, yaitu :
1. Penyesuaian modal kerja moneter (Monetary Working Capital Adjustment-MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam operasainya.
2. Mekanisme penyesuaian, memungkinkan pengaruh perubahan harga spesifik terhadap aktiva non moneter perusahaan (seperti depresiasi, harga pokok penjualan, dan modal kerja moneter). Mekanisme penyesuaian mengakui bahwa laporan laba rugi tidak memerlukan biaya penggantian tambahan aktiva operasi sejauh aktiva tersebut didanai melalui utang
Brasil
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil mencerminkan dua kelompok pilihan pelaporan, yaitu Hukum Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi keuangan yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal, yang merupakan hasil dari penilaian kembali aktiva tetap terhadap biaya penggantian kini dikurangi dengan provisi depresiasi teknik dan fisik.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter. Penyesuaian aktiva permanen yang lebih kecil daripada penyesuaian ekuitas menyebabakan kerugian daya beli yang mencerminkan resiko yang dihadapi perusahaan terhadap aktiva moneter bersihnya (yaitu modal kerjanya). Sebaliknya, jika penyesuaian aktiva permanen yang lebih besar daripada penyesuaian ekuitas menimbulkan keuntungan daya beli, yang menunjukkan bahwa beberapa dari aktiva yang da telah didanai melalui peminjaman.
Komisi Pasar Modal Brasil mewajibkan metode akuntansi yang lain untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di depan publik. Perusahaan-perusahaan yang tercatat sahamnya harus mengukur ulang seluruh transaksi yang terjadi dalam suatu periode dengan menggunakan mata uang fungsionalnya. Pada akhir periode, indeks tingkat harga umum yang berlaku mengubah unit daya beli umum menjadi unit mata uang lokal nominal.
10.5 BADAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
IASB telah menyimpulkan bahwa laporan hasil posisi keuangan dan kinerja operasi dalam mata uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami hiperinflasi. IAS 29, ”Pelaporan Keuangan dalam Perekonomian Hiperinflasi” mewajibkan (dan bukan hanya merekomendasikan) penyajian ulang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini,harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Aturan ini juga berlaku untuk angka-angka terkait pada periode sebelumnya. Keuntungan atau kerugian daya beli yang terkait dengan posisi kewajiban atau aktiva moneter bersih dimasukan ke dalam laba kini. Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan:
1. Fakta bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah dilakukan.
2. Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama (yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini).
3. Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca,beserta dengan perubahannya selama periode pelaporan.
4. Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
10.6 ISU-ISU MENGENAI INFLASI
Terdapat empat isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu. Keempat isu itu adalah: (1) apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi, (2) perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi, (3) akuntasi inflasi luar negeri, dan (4)menghindari fenomena kejatuhan ganda.
Keuntungan dan Kerugian Inflasi
Perlakuan keuntungan dan kerugian pos-pos moneter (yaitu kas,piutang,dan utang) tergolong kontroversial.
Keuntungan dan kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan,saldo awal dan akhir,serta transakasi dalam,seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
Di Inggris , keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus (dan bukan umum). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat (atau biaya) kepada para pemegang saham yang berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi dari) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan, yang disebut sebagai “Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada Pemegang Saham”.
Pendekatan di Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi. Namun demikian, penyesuaian dari penyajian bersih aktiva permanen dan ekuitas pemilik yang disesuaikan dengan tingkat harga menunjukkan keuntungan atau kerugian daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal dari utang atau kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi penyesuaian ekuitas menunjukan adanya bagian dari aktiva permanen yang didanai oleh utang, sehingga menimbulkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang lebih besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukan adanya sebagian modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugian daya beli diakui untuk bagian ini selama periode inflasi.
SSAP 16 memiliki keunggulan dalam mengatasi pengaruh inflasi. Sejalan dengan persediaan dan aktiva tetapnya, suatu perusahaan perlu meningkatkan modal kerja dalam nilai nominal bersih untuk mempertahankan kemampuan operasinya dengan harga yang semakin meningkat. Perusahaan juga akan mendapatkan manfaat dari penggunaan utang selama masa inflasi. Tujuan akuntansi inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur jumlah, waktu, dan kemungkinan arus kas masa depan.
Suatu perusahaan dapat mengukur penguasaannya terhadap barang dan jasa tertentu dengan menggunakan indeks untuk mengukur keuntungan dan kerugian moneter. Karena tidak seluruh perusahaan dapat menyusun indeks harga beli yang khusus untuk perusahaan itu,pendekatan di Inggris merupakan alternatif praktis yang baik. Ketimbang mengungkapkan mekanisme penyesuaian (atau sejenisnya),kami lebih suka untuk memperlakukannya sebagai pengurangan dari penyesuaian biaya kini untuk depresiasi, harga pokok penjualan dan modal kerja moneter. Pembebanan biaya kini dari penyajian ulang laba biaya historis selama masa inflasi akan terhapuskan dengan pengurangan beban jasa utang yang digunakan untuk mendanai pos-pos operasi tersebut.
Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan
Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi dua bagian: (1) laba operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi) dan (2) keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva non moneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi. Meskipun pengukuran keuntungan kepemilikan dilakukan secara langsung, perlakuan akuntansinya tidaklah demikian.
Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva operasi (yaitu proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan, baik itu direalisasi atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik, yang adalah bagian dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya (kapasitas produktifnya). Aktiva yang dimiliki untuk spekulasi, seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat dipasarkan, tidak perlu diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini, kenaikan atau penurunan ekuivalen biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus dinyatakan langsung dalam laba.
10.7 AKUNTANSI UNTUK INFLASI LUAR NEGERI
Di Amerika Serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi dengan mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk melakukan eksperimen dengan pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan pengungkapan biaya kini. FAS 89, yang mendorong (dan bukan lagi mengharuskan) perusahaan untuk memperhitungkan perubahan harga, masih meninggalkan permasalahan yang masih belum terselesaikan dalam dua tingkatan. Pertama, perusahaan mungkin terus mempertahankan nilai aktiva nonmoneter berdasarkan biaya historisnya (disajikan ulang untuk perubahan tingkat harga umum) atau menyajikan ulang berdasarkan ekuivalen biaya kini. Kedua, perusahan yang memilih untuk menyediakan data biaya kini tambahan atas operasi luar negeri memiliki dua metode pilihan dalam mentranslasikan dan menyajikan ulang akun-akun luar negeri dalam dolar AS.
Investor memerlukan laporan keuangan yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik dan bukan tingkat harga umum. Mengapa? Karena penyesuaian tingkat harga spesifik (model biaya kini yang kita gunakan) menentukan jumlah maksimum yang dpat dibayarkan oleh perusahaan sebagai dividen (kekayaan yang dapat dibagikan) tanpa mengurangi kapasitas produktifnya.
Kesimpulan ini menunjukan bahwa masalah sajikan ulang-translasikan versus masalah translasikan-sajikan ulang bukan merupakan sesuatu yang penting. Kedua metode tersebut didasarkan pada kerangka dasar penilaian yang tidak terlalu banyak direkomendasikan-biaya historis. Kedua metode tersebut tidak mengubah kerangka dasar yang ada. Terlepas dari bagaimana penyesuaian dilakukan,model biaya historis tetap saja adalah model biaya historis.
Prosedur penyesuaian tingkat harga berikut ini lebih disukai:
1. Sajikan ulang laporan keuangan seluiruh anak perusahaan,baik domestik secara spesifik maupun asing,dan laporan induk perusahaan untuk mencerminkan perubahan dalam harga spesifik (sebagai contoh biaya kini).
2. Translasikan akun-akun seluruh anak perusahaan di luar negeri ke dalam nilai ekuivalen mata uang domestik dengan menggunakan suatu nilai konstan (yaitu kurs valuta asing pada tahun dasar atau tahun sekarang).
3. Gunakanlah indeks harga spesifik yang relevan dengan apa yang dikonsumsi oleh prusahaan dalam menghitung keuntungan atau kerugian moneter. Sudut pandang induk perusahaan memerlukan indeks harga domestik; sudut pandang perusahaan lokal memerlukan indeks harga lokal.
• Menyajikan ulang baik akun-akun perusahaan luar negeri dan domestik menjadi ekuivalen harga kini akan menghasilkan informasi yang relevan dengan keputusan. Informasi ini memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin yang menyangkut dividen masa depan. Jauh lebih mudah untuk membandingkan dan mengevaluasi hasil konsolidasi seluruh perusahaan daripada yang
Perhatikan sesuai dengan dasar penyesuaian inflasi, perusahaan di atas telah mengurangi laba dengan kerugian translasi sebesar $29 dan penyesuaian inflasi harga pokok penjualan sebesar $40-dengan jumlah keseluruhan sebesar $69 atau 34% dari saldo awal persediaan sebesar $200 pada tanggal 1 Januari. Namun demikian perhatikan pula bahwa inflasi hanyalah sebesar 20%! Kejatuhan gandalah yang menyebabkan hal ini terjadi. Perhitungan dolar memasukkan perhitungan ganda antara kerugian devaluasi mata uang,yang ditimbulkan dari inflasi dan penyesuaian harga pokok penjualan terhadap inflasi,yang menjadi akar penyebab devaluasi mata uang.Penyesuaian inflasi harga pokok penjualan dengan metode sajikan ulang-translasikan saja sudah cukup. Penyesuaian ini tidak hanya mengahapuskan laju inflasi AS (sebesar 6%),tetapi juga perbedaan laju inflasi di antara negara lokal sebesar 20% dan di AS sebesar 6%- yang menimbulkan devaluasi sebesar 12%. Kami menyimpulkan bahwa jika harga pokok penjualan disesuaikan untuk menghapuskan inflasi negara lokal,maka juga perlu dilakukan penghapusan setiap kerugian translasi yang tercermin dalam laba “sebagaimana yang dilaporkan”.
DAFTAR PUSTAKA
Frederick D.S. Choi, Gary K.Meek, International Accounting, Buku 1 - Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta 2005.
1 komentar:
terimakasih, postingannya cukup membantu saya :)
Posting Komentar